A. Pengaruh Letak Geografis Indonesia Terhadap Kondisi Alam dan Penduduk
Pengertian letak
geografis adalah letak suatu negara dilihat dari kenyataan di permukaan bumi.
Letak geografis disebut juga letak relatif, disebut relatif karena posisinya
ditentukan oleh fenomena-fenomena geografis yang membatasinya, misalnya gunung,
sungai, lautan, benua dan samudra.[1] Menurut letak
geografisnya Indonesia terletak di antara dua benua, yakni Asia dan Australia,
dan di antara dua samudra, yakni Samudra Hindia dan Samudra Pasifik.
Letak geografis
Indonesia juga berpengaruh terhadap keadaan/kondisi alam. Pertama,
Indonesia beriklim laut, sebab merupakan negara kepulauan sehingga banyak
memperoleh pengaruh angin laut yang mendatangkan banyak hujan. Kedua,
Indonesia memiliki iklim musim, yaitu iklim yang dipengaruhi oleh angin muson
yang berhembus setiap 6 bulan sekali berganti arah. Hal ini menyebabkan musim
kemarau dan musim hujan di Indonesia.
B. Pengaruh Letak Astronomis Indonesia
Letak Astronomis
suatu negara ialah letak suatu tempat didasarkan pada posisinya terhadap garis
lintang dan garis bujur. Garis lintang merupakan garis-garis yang sejajar
dengan khatulistiwa yang melintang mengitari bumi sampai daerah kutub.
Sementara, garis bujur merupakan garis tegak yang berjajar menghubungkan
wilayah kutub utara dan selatan. Garis-garis tersebut merupakan garis khayal
yang dipergunakan sebagai pedoman untuk menunjukkan posisi suatu daerah di muka
bumi.[8]
Berdasarkan letak astronomisnya, Indonesia berada di antara 6° LU – 11° LS
dan antara 95° BT – 141° BT. Wilayah Indonesia paling utara adalah Pulau We di
Nanggroe Aceh Darussalam yang berada di 6° LU. Wilayah Indonesia paling selatan
adalah Pulau Rote di Nusa Tenggara Timur yang berada pada 11° LS. Wilayah
Indonesia paling barat adalah ujung utara Pulau Sumatera yang berada pada 95°
BT dan wilayah Indonesia paling Timur di Kota Merauke yang berada pada 141° BT.[9]
C. Hubungan Letak Geografis dengan
Perubahan Musim di Indonesia
Indonesia berada
diantara 6° LU – 11° LS dan merupakan daerah tropis dengan dua musim, yakni
musim kemarau dan penghujan yang bergantian setiap enam bulan sekali.
Terjadinya perubahan musim ini disebabkan antara lain:
1. Peredaran semu matahari tahunan
Peredaran semu
tahunan matahari merupakan peredaran matahari pada bidang ekliptika dalam
jangka waktu satu tahun.[12] Bidang
ekliptika adalah lingkaran yang ditempuh oleh matahari dalam waktu satu tahun.
Pergerakan matahari dari khatulistiwa menuju garis lintang balik utara 23½° LU,
kembali ke khatulistiwa dan bergeser menuju ke garis lintang bali selatan 23½°
LS dan kembali lagi ke khatulistiwa. Setiap hari akan terjadi pergeseran dari
letak terbit/terbenamnya dibandingkan dengan letak yang kemarin. Pergeseran ini
disebabkan karena proses perputaran bumi mengelilingi matahari (revolusi),
sehingga dapat diketahui bahwa yang berubah adalah posisi bumi terhadap
matahari. Akibat dari perputaran bumi yang mengelilingi matahari tersebut, maka
mengakibatkan terjadinya pergeseran semu letak terbit/terbenamnya matahari.
Berikut ini bagan yang menunjukkan pergeseran semu letak terbit/terbenamnya
matahari dalam satu tahun. Perhatikan bagan berikut ini:
2. Terbentuknya angin muson
Musim di
Indonesia terjadi sebagai akibat letak geografis Indonesia di antara dua benua
besar. Benua Asia berada di bumi belahan utara, sedangkan Benua Australia
berada di belahan bumi selatan yang mengakibatkan tekanan udara yang berada di
Asia dan di Australia. Dengan perbedaan tekanan udara tersebut maka terjadilah
angin muson. Angin muson adalah angin yang setiap setengah tahun (6 bulan)
berganti arah, sehingga di Indonesia terjadi dua musim, yaitu: musim penghujan
dan musim kemarau.[13] Di Indonesia terdapat
dua angin muson, yaitu:
21maret -22 juni = 93 hari
22 juni-23 sept= 93 hari
23 sept-22 des = 92 hari
22 des-21 maret = 90 hari
Jml
= 360
a) Angin muson barat
Angin muson
barat bertiup pada bulan Oktober – Maret, pada saat kedudukan semu matahari
berada di belahan bumi selatan, sehingga penyinaran matahari di Benua Australia
lebih tinggi di banding di Benua Asia. Hal ini menyebabkan udara di Benua
Australia bertekanan minimum (-) dan di Benua asia bertekanan maksimu (+),
sehingga angin yang bertiup dari Asia menuju ke Australia. Pada kondisi seperti
Indonesia terjadi musim hujan, karena angin melewati samudera luas (Pasifik)
yang banyak membawa uap air.
b) Angin muson timur
Angin muson
timur bertiup mulai bulan April – September, disaat kedudukan semu matahari
berada di belahan bumi utara. Akibatnya tekanan udara di Asia rendah (-) dan
tekanan udara di Australia tinggi (+), sehingga angin bertiup dari Australia ke
Asia. Angin muson timur melewati gurun yang luas di Australia, sehingga
bersifat kering. Oleh karena itu Indonesia saat itu mengalami musim kemarau.[15]
Proses
terjadinya hujan
Dalam tahun 2013 ini, daerah di Indonesia di
hadapkan pada kondisi cuaca yang ekstrim. Kedatangan musim kemarau ternyata
tidak bisa kita temui di tahun ini. tentunya periode 2 musim hujan itu
sendiri membawa efek negatif bagi kondisi lingkungan seperti banjir juga terjadinya
gagal panen.
Hujan adalah peristiwa turunnya air dari langit ke
bumi. Awalnya air hujan berasal dari air dari
bumi seperti air laut, air sungai, air danau, air waduk, air rumpon, air
sawah, air comberan, air susu, air jamban, air kolam, air ludah, dan lain
sebagainya. Selain air yang berbentuk fisik, air yang menguap ke udara juga
bisa berasal dari tubuh manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, serta benda-benda
lain yang mengandung air.
Air-air tersebut umumnya
mengalami proses penguapan atau evaporasi akibat adanya bantuan panas matahari.
Air yang menguap / menjadi uap melayang ke udara dan akhirnya terus bergerak
menuju langit yang tinggi bersama uap-uap air yang lain. Di langit yang tinggi
uap tersebut mengalami proses pemadatan atau kondensasi sehingga membentuk
awan. Dengan bantuan angin awan-awan tersebut dapat bergerak kesana-kemari baik
vertikal, horizontal dan diagonal.
Akibat angin atau udara yang bergerak pula awan-awah saling bertemu dan
membesar menuju langit / atmosfir bumi yang suhunya rendah atau dingin dan
akhirnya membentuk butiran es dan air. Karena berat dan tidak mampu ditopang
angin akhirnya butiran-butiran air atau es tersebut jatuh ke permukaan bumi
(proses presipitasi). Karena semakin rendah suhu udara semakin tinggi maka es
atau salju yang terbentuk mencair menjadi air, namun jika suhunya sangat rendah
maka akan turun tetap sebagai salju.
Hujan tidak hanya turun berbentuk air dan es saja, namun juga bisa
berbentuk embun dan kabut. Hujan yang jatuh ke permukaan bumi jika bertemu
dengan udara yang kering, sebagian ujan dapat menguap kembali ke udara. Bentuk
air hujan kecil adalah hampir bulat, sedangkan yang besar lebih ceper seperti
burger, dan yang lebih besar lagi berbentuk payung terjun. Hujan besar memiliki
kecepatan jatuhnya air yang tinggi sehingga terkadang terasa sakit jika
mengenai anggota badan kita.
Hujan Buatan
Hujan buatan adalah hujan yang dibuat oleh campur tangan manusia dengan membuat hujan dari bibit-bibit awan yang memiliki kandungan air yang cukup, memiliki kecepatan angin rendah yaitu sekitar di bawah 20 knot, serta syarat lainnya. Ujan buatan dibuat dengan menaburkan banyak garam khusus yang halus dan dicampur bibit / seeding ke awan agar mempercepat terbentuknya awan jenuh. Untuk menyemai / membentuk hujan deras, biasanya dibutuhkan garam sebanyak 3 ton yang disemai ke awan potensial selama 30 hari. Hujan buatan saja bisa gagal dibuat atau jatuh di tempat yang salah serta memakan biaya yang besar dalam pembuatannya.
Hujan buatan umumnya diciptakan dengan tujuan untuk membantu daerah yang
sangat kering akibat sudah lama tidak turun hujan sehingga dapat mengganggu
kehidupan di darat mulai dari sawah kering, gagal panen, sumur kering, sungai /
danau kering, tanah retak-retak, kesulitan air bersih, hewan dan tumbuhan pada
mati dan lain sebagainya. Dengan adanya hujan buatan diharapkan mampu menyuplai
kebutuhan air makhluk hidup di bawahnya dan membuat masyarakat hidup bahagia
dan sejahtera.
Hujan yang berlebih pada suatu lokasi dapat menimbulkan bencana pada
kehidupan di bawahnya. Banjir dan tanah longsor adalah salah satu akibat dari
hujan yang berlebihan. Perubahan iklim di bumi akhir-akhir ini juga mendukung
persebaran hujan yang tidak merata sehingga menimbulkan berbagai masalah di
bumi. Untuk itu kita sudah semestinya membantu menormalkan iklim yang berubah
akibat ulah manusia agar anak cucu kita kelak tidak menderita dan terbunuh
akibat kesalahan yang kita lakukan saat ini.
Deputi
Bidang Klimatologi BMKG Widada Sulistia DEA mengatakan, ada dua hal yang
menyebabkan penyimpangan cuaca di sebagian wilayah Indonesia. Pertama, suhu
perairan laut Indonesia lebih panas dari biasanya. Penyimpangan suhu panas
tersebut bahkan mencapai dua derajat.
Karena
suhu perairan yang lebih panas, kata dia, maka potensi uap pun lebih banyak.
"Sehingga kelembaban udara juga menjadi lebih tinggi," paparnya.
Penyebab
kedua,yaitu karena adanya suplai uap air dari Samudera Hindia. Padahal, kata
dia, seharusnya Indonesia mendapat kiriman udara dari wilayah Australia yang
kondisinya kering. Namun, karena adanya penyimpangan, Indonesia justru mendapat
udara dari Samudera Hindia yang kondisinya basah.
"Itulah mengapa masih
ada hujan di musim kemarau," anomali cuaca yang terjadi di sebagian
wilayah Indonesia ini merupakan sesuatu yang wajar terjadi. Sebab, sambung
Widada, dahulu Indonesia juga pernah mengalami kondisi serupa.
Angin Muson Barat, Penyebab
Musim Hujan
Matahari mulai bergerak ke belahan Bumi
selatan (BBS). Sebenarnya bukan matahari yang bergerak, tapi karena rutinitas
tahunannya Bumi untuk mengalami kemiringan.
Bumi
‘kan punya garis khayal (garis yang nggak nyata, cuman digambar di peta). Garis
khayal Bumi ada yang namanya Garis bujur (yang vertikal), dan ada namanya Garis
lintang (horizontal). Garis lintang Bumi (yang digambar di peta) dari nol
derajat menuju utara ke belahan Bumi utara (BBU) sampe 90 derajat LU di Kutub
Utara, dan nol derajat ke BBS juga sampe 90 derajat LS di Kutub Selatan. Karena
Bumi miring, maka sinar datang secara maksimum dari matahari bisa tegak lurus
di 23 setengah derajat LU atau LS (kalau di utara namanya Garis Balik
Utara, di selatan namanya Garis Balik Selatan).
Setiap
tanggal 21 Maret, matahari pasti tepat di lintang nol derajat. Kemudian
bergerak ke utara dan tanggal 21 Juni matahari berada tepat di 23
setengah derajat LU. Maka BBU mengalami musim panas dan BBS mengalami musim
dingin. Trus, habis itu matahari bergeser ke selatan dan tanggal 23 September
matahari tepat lagi di garis Khatulistiwa (itu sebabnya sekitar bulan September
jemuran orang Indonesia cepat banget kering). Trus lagi, matahari bergerak ke
selatan, dan tanggal 22 Desember mataharinya pasti tepat di Garis Balik Selatan
(23 setengah derajat LS) sehingga BBS mengalami musim panas…
Dan juga, negara-negara di BBU, contohnya :
Inggris, Perancis (kampungnya Abang Nasri), Swiss, Belanda, Amerika Serikat,
Korea Selatan dan Jepang mengalami musim
dingin
Semua
terjadi karena kemiringan Bumi (sambil berevolusi mengelilingi matahari)….
misalkan, waktu kita melompat (loncat, red) berhadapan sama lemari, atau TV,
atau benda lainnya, kita diibaratkan sebagai Bumi, sedangkan lemari tadi adalah
matahari. Ketika kita lompat, lemari berada di bawah kita dan kita berada lebih
tinggi dari lemari. Padahal lemari itu tetap diam gak kemana-mana dan cuman
kitanya aja yang bergerak.
Matahari berada di BBS sehingga di BBU mulai
mengalami musim dingin (winter). Sedangkan BBS sendiri mulai mengalami musim
panas (summer) karena kebanyakan menerima sinar matahari. Contohnya : negara
Selandia baru, Afrika Selatan, Argentina, sama benua Australia sedang mengalami
musim panas juga. Trus, udara di tempat yang saya sebutkan tadi jadi bertekanan
minimum (suhunya panas). Sedangkan benua Asia, termasuk Indonesia ‘kan dingin
(karena masuk wilayah BBU), udaranya jadi bertekanan maksimum (suhunya dingin).
sesuai sifat angin menurut hukum Buys Ballot : “angin bergerak
dari daerah bertekanan yang tinggi (maksimum) ke daerah bertekanan yang rendah
(minimum),” sehingga angin bertiup atau bergerak atau berpindah dari benua Asia
menuju ke benua Australia atau menuju ke selatan. Dan, angin tadi ketika di
garis lintang nol derajat atau garis Khatulistiwa atau garis Equator (‘kan
Australia berada di selatannya Khatulistiwa), maka angin dibelokkan ke arah
kiri.
Atau
lebih jelasnya, udara di BBU ‘kan dingin yah, jadi udara itu bergerak menuju ke
BBS. Trus, udara itu tadi belok ke kiri waktu di garis Khatulistiwa (kenapa
begitu? Memang begitu lah teorinya!!). Kalau memahami teori ini sambil liat
globe, pasti jelas ^^
Jadi,
namanya angin muson barat.
Angin muson barat ini membawa banyak uap air.
Uap air itu asal muasalnya dari penguapan Samudera Pasifik dan Laut Cina
Selatan (samudera ‘kan luas, jadi uap air yang dihasilkan juga banyak). Saat
angin ini melintas di Indonesia, uap air tadi jatuh (istilah keren Hidrologinya
: Presipitasi, atau
hujan) ke wilayah Indonesia. Maka, karena itu Indonesia mengalami yang namanya
musim hujan. Dengan kata lain, angin muson barat adalah penyebab musim
hujan di Indonesia.
Penyebab terjadinya perubahan musim dan menentukan bulan yang
berlangsungnya musim hujan dan musim kemarau di wilayah Indonesia.
Letak
geografis Indonesia menyebabkan wilayah Indonesia memiliki iklim muson, yang
berpengaruh terhadap perubahan musim di Indonesia. Perubahan musim di Indonesia
terjadi dari musim hujan dan musim kemarau dengan fenomena alam, sebagai
berikut :
Musim
Hujan
Musim
hujan di Indonesia terjadi pada bulan Oktober sampai April. Musim hujan di
Indonensia disebabkan oleh hembusan Angin Muson Barat yang bertiup dari Benua
Asia yang bertekanan maksimum ke Benua Australia yeng bertekanan minimum. Angin
Muson Barat ini banyak membawa uap air, sehingga di sebagian besar wilayah
Indonesia mengalami musim hujan.
Di
kota-kota besar dan di daerah-daerah yang hutannya gundul musim hujan sering
mendatangkan bencana kebanjiran. Bencana ini menimbulkan dampak seperti banyak
rumah penduduk terendam , bahkan tidak sedikit kehilangan harta dan nyawa
penduduk yeng terkena musibah tersebut.
Kondisi
pemukiman penduduk yang terendah banjir
Musim hujan atau musim
basah adalah musim dengan ciri meningkatnya curah hujan di suatu wilayah dibandingkan
biasanya dalam jangka waktu tertentu secara tetap. Musim hujan hanya dikenal di
wilayah dengan iklim tropis. Secara teknis meteorologi, musim hujan dianggap mulai
terjadi apabila curah hujan dalam tiga dasarian berturut-turut telah melebihi 100 mm per meter persegi per dasarian dan
berlanjut terus. Apabila hal ini belum terpenuhi namun curah hujan telah tinggi
kondisinya dianggap sebagai peralihan musim (pancaroba).
Di daerah tropis musim hujan bergantian dengan musim kemarau (musim kering) dan sangat
dipengaruhi oleh pergerakan semu Matahari tahunan. Pergerakan Matahari mengubah
peta suhu udara dan permukaan tanah dan samudera. Pada gilirannya perbedaan
suhu akan mengubah konsentrasi uap air di udara. Biasanya musim hujan terjadi
pada bagian bumi yang tengah mengalami posisi zenith peredaran semu Matahari.
Musim kemarau
Musim kemarau atau musim
kering adalah musim di daerah tropis yang dipengaruhi oleh sistem muson. Untuk dapat disebut musim kemarau, curah hujan per bulan harus di bawah
60 mm per bulan (atau 20 mm per dasarian) selama tiga dasarian berturut-turut.
Wilayah tropika di Asia Tenggara dan Asia Selatan, Australia bagian timur laut,
Afrika, dan sebagian Amerika Selatan mengalami musim ini.
Indonesia merupakan
negara kepulauan yang memiliki keragaman bentuk muka bumi, baik di daratan
maupun di dasar laut. Selain keragaman bentuk muka bumi, Indonesia juga diperkaya
dari letak geografis maupun letak astronomis. Letak astronomis berpengaruh
terhadap iklim, sementara letak geografis berpengaruh terhadap keadaan alam
maupun penduduknya. Kondisi yang demikian ini ternyata mempunyai hubungan yang
erat dengan segala aktivitas manusianya. Atau dalam kata lain bahwa kondisi
sosial suatu wilayah tidak akan terlepas dari keadaan fisiknya. Karena itu
kajian/pembahasan geografi adalah mengkaji/membahas saling hubungan antara
unsur fisik dan unsur sosial di permukaan bumi.
Pemanfaatan lingkungan
fisik oleh manusia pada hakikatnya tegantung pada kondisi lingkungan fisik itu
sendiri dan kualitas manusianya. Penguasaan Ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK) sangat berpengaruh terhadap kegiatan manusia untuk mengelola dan memanfaatkan
kondisi lingkungan fisiknya untuk kesejahteraan hidupnya.
Bulan ini, puncak kemarau terjadi di
Kalimantan
Musim kemarau memasuki
puncaknya pada Agustus ini. Puncak kemarau diperkirakan akan terjadi sampai
bulan September mendatang.
Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Etik Setyaningrum mengatakan, untuk Kalimantan, puncak musim kemarau bergeser dari perkiraannya. Dimana pihaknya memprediksi musim kemarau mulai terjadi pada Mei lalu.
Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Etik Setyaningrum mengatakan, untuk Kalimantan, puncak musim kemarau bergeser dari perkiraannya. Dimana pihaknya memprediksi musim kemarau mulai terjadi pada Mei lalu.
"Hal ini disebabkan adanya penyimpangan atau anomali suhu permukaan laut di wilayah Indonesia. Sekitar positif setengah sampai positif dua derajat celcius. Suhu ini, tergolong lebih tinggi dibanding rata-rata antara 25,5-29,5 derajat," ujarnya, saat ditemui, di kantor Stasiun Klimatologi balikpapan, Rabu (28/8/2013).
Ditambahkan dia, suhu tersebut mengalami peningkatan sekitar setengah sampai dua derajat. Efeknya terjadi di seluruh Indonesia, khususnya kalimantan mengalami pergeseran musim. Menimbulkan potensi penguapan yang lebih besar.
"Munculnya pola tekanan rendah di selatan Pulau Jawa menyebabkan penumpukan massa uap air sehingga akibatkan peningkatan curah hujan. Angin dari timur harusnya kuat saat Mei sampai Juni, tapi angin timur lemah. Agustus sampai September sudah normal dan inilah puncak musim kemarau," jelasnya.
Etik menambahkan, musim kemarau selalu diikuti angin. Jika saat memasuki musim transisi akan diikuti angin. Angin yang ekstrem bertiup 45 km/jam. Namun selama Agustus, belum terjadi angin kencang di wilayah Maros dan sekitarnya.
Dimana awal musim kemarau ditandai jumlah curah hujan selama satu dasarian (masa sepuluh hari) lebih kecil dari 50 mm. Serta diikuti beberapa dasarian berikutnya secara berturut. Permulaan awal musim kemarau, bisa terjadi lebih awal/maju, bahkan lebih lambat/mundur dari normalnya.
Pihaknya pun mengimbau bagi warga, khususnya petani agar berhati-hati saat membakar jerami. Dimana masa panen saat ini tengah terjadi. Saat membakar jerami lebih berhati hati apalagi berdekatan dengan pemukiman warga.
Angin yang berhembus dapat melahap jerami, bahkan dahan kering bisa terbakar sendiri. Meskipun suhu saat ini masih tergolong normal antara 33,8 derajat celcius. Diakui masih keadaan normal dan panas.
"Suhu 34 sampai 35 derajat celcius dinilai masuk golongan ekstrem," pungkasnya.
Kesimpulan
Ramalan pada bulan Mei, Angin
Mosun pada Asia – Australia akan terus menguat.
Pada bulan
Desember – Januari – Februari merupakan musim hujan yang ditandai dengan
meningkatnya curah hujan. Sedangkan bulan Juni – Juli – Agustus merupakan musim
kering yang di tandai dengan berkurangnya rata –rata curah hujan. Bulan – bulan
lainnya disebut sebagai musim peralihan. Maju atau mundurnya musim hujan dan
musim kemarau sangat di pengaruhi oleh berbagai fenomena meteorologi
diantaranya : El Nino dan La Nina.
Klasifikasi Iklim dan Penetapan Awal Musim
Klasifikasi iklim Oldeman didasarkan atas perhitungan lamanya bulan basah
dan kering berturut – turut. Kriteria yang di gunakan oleh Oldeman yaitu bulan
basah jika curah hujan dalam satu bulan lebih dari 200 mm. Sedangkan untuk
bulan kering yaitu jumlah curah hujan dalam satu bulan kurang dari 100 mm.
Curah hujan antara 200 mm hingga 100 mm termasuk dalam bulan lembab namun tidak
digunakan dalam penentuan klasifikasi menurut Oldeman. Kriteria dalam curah
hujan yang cukup tinggi ini menyebabkan klasifikasi ini banyak di gunakan untuk
pertanian dengan tipe tanaman semusim yang kebanyakan berakar pendek. Dengan
perakaran yang pendek maka kebutuhan air cukup banyak karena daerah
penyerapan oleh akar cukup tidak terlalu dalam. Maka dengan klasifikasi menurut
Oldeman yang menggunakan kriteria curah hujan 200 mm/bulan dirasa cukup sesuai
dengan tanaman berakar pendek.
Berdasarkan hasil pengolahan data curah hujan diketahui lamanya bulan basah
dan bulan kering berturut – turut maka pada bulan desember sampai februari
berturut – turut bulan basah. Sedangkan bulan keringnya yaitu bulan mei sampai
dengan bulan september. Maka bulan basahnya berturut – turut tiga bulan
termasuk kedalam tipe utama D. Sedangkan bulan kering berturut – turut selama
lima bulan termasuk dalam sub divisi 3. Maka jika iklim menurut Oldeman
termasuk gabungan dari tipe utama dan sub divis yaitu D3. Menurut Oldeman
tipe D3 hanya mungkin satu kali padi atau satu kali palawija setahun tergantung
pada adanya persediaan air irigasi.
Awal musim ditentukan jika curah hujan dalam satu dekade dan tiap dekade
berikutnya lebih besar dari 50 mm untuk musim hujan sedangkan untuk musim
kemarau kurang dari 50 mm. Lebih mudahnya dalam tiga dekade harus lebih besar
dari 150 mm untuk musim hujan dan kurang dari 150 mm utuk musim kemarau.