Rumus bunga, diagram
dan bagan
RUMUS BUNGA
Yaitu
susunan yang dinyatakan dengan sebuah rumus yang terdiri dari lambing-lambang
huruf dan angka.
a. Lambang yang
dipakai memberitahukan sifat bunga mengenai simetris dan jenis kelamin bunga.
Actinomorphous : * ; zygomorphous
: , berkelamin jantan : ♂ :
Berkelamin betina : ♀; banci : ♀
b. Huruf yang dipakai untuk
singkatan nama bagian-bagian bunga :
Kelopak
: K (singkatan dari
kaliks)
Tajuk
: C ( singkatan dari Corola)
Benang sari : A (singkatan dari
Abdsoecium)
Tenda
: P (
singkatan dari Perigonium)
c. Angka-angka
diletakkan dibelakang huruf menunjukkan jumlah masing-masing bagian, umpamanya
: kaliks mempunyai 3 sepal : K3
d.
Cara untukmenyatakankeadaan lain-lain seperticontoh ;
Corolla 6 dalam 2 lingkaran : C3 + 3
Stamen berlekatan pada corola :[C5, A(…)]
Duduk bakal buah menumpang : G (3), kalau terbenam G (3)
Daun kelopak berbentuk tabung : K (5)
Contoh
: ♀ K (5) [C 3+3, A6] G (3)
Kecuali
dengan diagram, susunan bunga pula dinyatakan dengan sebuah rumus, yang terdiri
atas lambang-lambang, huruf-huruf dan angka-angka, yang semua itu dapat
memberikan gambaran mengenai berbagai sifat bunga beserta bagian-bagiannya .
Lambang-lambang yang dipakai dalam
rumus bunga memberitahukan sifat bunga yang bertalian dengan simetrisnya atau
jenis kelaminnya, huruf-huruf merupakan singkatan nama bagian-bagian bunga,
sedangkan angka-angka menunjukkan jumlah masing-masing bunga. Disamping itu
malah terdapat lambang-lambang ’lain lagi yang memperlihatkan hubungan
bagian-bagian bunga satu sama lain.
Oleh
suatu rumus bungan hanya dapat ditunjukkan hal-hal mengenal 4 bagian pokok
bunga sebagai berkut:
1.kelopak, yang
dinyatakan dengan huruf K singkatan kata kalis (colyx), yang merupakan istilah ilmiah kelopak.
2. tajuk atau mahkota, yang dinyatakan
dengan huruf C singkatan corolla (istilah ilmiah untuk mahkota bunga),
3. benang-benang sari, yang dinyatakan
dengan huruf A, singkatan kata androecium (istilah ilmiah untuk alat-alat
jantan pada bunga)
4. putik, yang dinyatakan dengan huruf G,
singkatan kata gynaecium (istilah ilmiah untuk alat betina pada bunga).
Jika
kelopak dan mahkota sama, baik bentuk maupun warnanya, kita lalu mempergunakan
huruf lain untuk menyatakan bagian tersebut, yaitu huruf P, singkatan kata perigenium
(tenda bunga).
Di belakang
huruf-huruf tadi lalu ditaruhkan angka-angka yang menunjukkan jumlah
masing-masing bagian tadi, dan diantara dua bagian bunga yang digambarkan
dengan huruf dan angka itu ditaruh koma.
Jika
bunga misalnya mempunyai lima daun kelopak. Lima daun mahkota, 10 benang sari
dan putik yang terjadi dari selain daun buah,
Maka rumusnya adalah:
K5, C5, A10, G1
(bunga merak: Caesalpinia Pulcherrima swartz)
contoh
lain, yaitu bunga yang mempunyai tenda bunga, misalnya lilia gereja (lilium
longiflorum Thumb). Yang mempunyai 6 daun tenda bunga. 6 benang sari dan sebuah
putik yang terjadi dari 3 daun buah, maka rumusnya adalah
P6, A6, G3
Di
depan rumus edaknya berikan tanda yang menunjukkan simetri bunga. Biasanya
hanya diberikan dua macam tanda simetri yaitu:
umtuk bunga yang bersimetri banyak (actinomorphus) dan tanda untuk buang yang bersimetri satu
(zygomorphus). Jadi dalam hal rumus bunga merak, yang bersifat zigomorf,
rumusnya menjadi:
K5, A5, A10. G1
Sedang lilia gereja yang
bersifat aktinomorf rumusnya menjadi:
· P 6. A 6. G 3.
Selain
lambang yang menunjukkan simetri pada rumus bunga dapat pula ditambahkan
lambang yang menunjukkan jenis kelamin bunga. Untuk bunga yang banci
(hermaphroditus) di pakai lambang: q. Untuk bunga jantan dipakai lambang: x.
Untuk bunga betina dipakai lambang: y lambang jenis kelamin ditempatkan didepan
lambang simetri. Jika kedua jenis tersebut dilengkapi dengan lambang jenis
kelaminnya. Maka rumusnya menjadi:
q K 5, C 5, A 10, G 1 dan
q * P 6, A 6, G 3.
Suatu
bagian bunga dapat tersusun dalam lebih daripada satu lingkaran. Bunga-bunga
yang dipakai contoh di atas misalnya masing-masing mempunyai bagian-bagiannya
yang tersusun dalam 5 lingkaran. Bunga merak misalnya mempunyai 2 lingkaran benang
sari, dengan 5 benang sari dalam tiap lingkaran. Sedang bunga lilia gereja
mempunyai 2 lingkaran daun tenda bunga dan 2 lingkaran benang sari, tiap
lingkaran berbilang 3. dalam hal yang demikian di belakang huruf yang
menunjukkan bagian dalam yang tersusun dalam lebih daripada satu lingkaran tadi
arus ditaruh 2 kali angka yang menunjukkan jumlah bagian di dalam tiap
lingkaran dengan tanda + ( tanda tambah) di antara kedua angka tadi. Contoh
kedua rumus di atas harus ubah menjadi:
q K 5, C 5, A 5 + 5, G 1 dan
q * P 3 + 3, A 3 + 3,
G 3.
Jika
bagian-bagian bunga yang tersusun dalam masing-masing lingkaran itu berlekatan
satu sama lain, maka yang menunjukkan jumlah bagian yang bersangkutan ditaruh
dalam kurang. Pada contoh di atas tadi, maka rumusnya harus kita ubah menjadi:
q K (5), C 5, A 5 + 5, G 1
q * (3+3), A 3 + 3, G
(3)
dalam
keadaan yang demikian yang di tempat dalam kurung adalah kedua huruf beserta
angkanya yang menunjukkan kadua macam bagian bunga yang berlekatan tadi. Pada
contoh ini (bunga waru), benang-benang sarinya sendiri berlekatan pula satu
sama lain, oleh sebab itu angka yang menunjukkan jumlah benang sari yang
ditaruh dalam tanda kurung, sedang tanda-tanda yang menunjukkan mahkota dan
benang-benang sari lalu ditaruh dalam kurang besar. Untuk menjelaskan bunga
waru tadi adalah sebagai berikut:
q * K (5).[C 5, A
(~)], G (5).
Dengan
demikian, jika kedua contoh bunga di atas harus membuat rumus bunga yang
lengkap, rumus tadi akan menjadi seperti berikut:
q K (5), C 5, A 5 + 5, G 1
q * P (3 + 3), A 3 +
3, G (3)
Meningkat,
bahwa urutan-urutan bagian bunga sifatnya tetap, maka dapat menyusun suatu
rumus bunga, huruf-huruf yang merupakan singkatan nama bunga bagian tadi sering ditiadakan. Juga lambang
jenis kelamin sering kali ditiadakan, karena jenis kelaminnya itu dapat
terlihat pula dari rumus ialah: jika ada benang sari maupun putik
berarti bunga itu bersifat banci, tetapi jika
dia di belakang A kita dapat
angka nol berarti bunganya betina, sebaliknya dalam rumus tertera G 0, berarti
bunganya adalah bunga jantan. Dengan ini rumus bunga merak misalnya, dapat kita
sederhanakan menjadi:
(5), 5,5 + 5,1
Jika
membandingkan diagram dengan rumus bunga
pada diagrram lebih banyak tercantum keterangan-keterangan mengenai susunan
bagian-bagian bunga, hanya tak dapat diketahui pada diagram bunga bagaimana
letaknya bakal buah, menumpah, tenggelam, ataukah setengah tenggelam.
Di
bawah ini diberikan berbagai contoh diagram beserta rumus bunga berbagai jenis tumbuhan yang tergolong dalam
beberapa suku tumbuhan yang lazim sudah dikenal.
1. Suku Musa paradisiaca ( Pisang )
y
K 3, C 3, A (6), G 0
x
K 3, C 3, A 0, G (3)
2. Suku Pinus mercusii ( Pinus )
q K 1 + (2), C 2 + 0, A 3, G 1
3. Suku Bambusa vulgaris ( Bambu )
q
K 3, C 3, A 5, G (3)
4. Suku Piper caducibratceum ( Piper )
q P3 + 3, A1 + 0, G (3)
q
P3 + 3, A0 + 2,G (3)
5. Suku Artocarpus integra ( Nangka )
q
* P3 + 3, A3 + 3, G (3)
6. Suku Averrhoa bilimbi L. ( Belimbing )
q K (5), C5 A1 + (9), G 1
7. Suku Mangifera indica L. ( Mangga )
q
* K (5), [ C 5 A (~) ], G (5)
8. Suku Cocos nucifera ( Kelapa )
q
* K (5), C 5, A (~). G (5)
9. Suku Arenga pinnata ( Aren )
Q K (5) C, (5), A 5, G (2)
10. Suku Pandanus tectorius Park. ( Pandan )
q
* K 5 C 5 A 5 G (5)
Dalam
mendeskripsikan bunga, disamping secara verbal (dengan kata-kata) dapat
ditambahkan gambar-gambar, agar pembaca dapat memperoleh kesan yang lebih
mendalam tentang keadaan bunga. Salah satu gambar yang melukiskan keadaan bunga
dan bagian-bagiannya adalah diagram bunga.
Yang
dinamakan diagram bunga ialah suatu gambar proyeksi pada bidang datar dari
semua bagian bunga yang dipotong melintang, jadi pada diagram itu di gambarkan
penampang-penampang melintang daun-daun kelopak, tajuk bunga, benang sari, dan
putik, juga bagian-bagian lainnya jika masih ada, disamping keempat bagian
pokok tersebut, perlu diperhatikan bahwa lazimnya dari daun-daun kelopak dan
tajuk bunga digambar penampang melintang bagian tengah-tengahnya, sedang dari
benang sari digambarkan penampang kepala sari, dan dari putik penampang
melintang bakal buahnya. Dari diagram bunga tersebut selanjutnya dapat
diketahui pula jumlah masing-masing bagian bunga tadi dan bagimana letak dan
susunannya antara yang satu dengan yang lain. Selain itu perlu diingat pula
bahwa diagram bunga sedikit banyak merupakan suatu gambar yang bersifat
skematik.
Dalam membicarakan
tentang bunga dan bagian-bagiannya, telah diterangkan, bahwa bagian-bagian
bunga duduk diatas dasar bunga, masing-masing teratur dalam satu lingkaran atau
lebih. Dalam diagram bunga, masing-masaing bagian harus digambarkan sedemikian
rupa, sehingga tidak mungkin dua bagian bunga yang berlainan digambarkan dengan
gambar yang sama. Mengingat, bahwa yang digambar pada diagram itu
penampang-penampang melintang masing-masing bagian bunga yang telah dijelaskan
diatas.
Cara membuat suatu
diagram bunga:
1. Letak
bunga pada tumbuhan. Dalam hubungannya dengan perencanaan suatu diagram, kita
hanya membedakan dua macam letak bunga:
a. Bunga
pada ujung batang atau cabang (flos terminalis)
b. Bunga
yang terdapat dalam ketiak daun (flos axillaris)
2. Bagian-bagian
bunga yang akan dibuat tersusun atas beberapa lingkaran.
Jika
dari bunga yang hendak kita buat diagramnya telah kita tentukan kedua hal
tersebut, kita mulai dengan membuat sejumlah lingkaran yang konsentris, sesuai
dengan jumlah lingkaran tempat duduk bagian-bagian bunganya.
Kemudian
melalui titik pusat lingkaran-lingakran yang konsentris itu kita buat garis
tegak lurus (vertikal). Untuk bunga di ketiak daun, garis itu menggambarkan
bidang yang dapat dibuat melalui sumbu bunga, sumbu batang yang mendukung bunga
itu, dan tengah-tengah (poros bujur) daun, yang dari ketiaknya muncul bunga
tadi. Bidang ini disebut bidang median. Pada garis yang menggambarkan bidang
median itu disebelah atas lingkaran yang terluar digambarkan secara skematik
penampang melintang batang (digambarkan sebagai lingkaran kecil) dan disebelah
bawahnya gambar skematik daun pelindungnya. Pada lingkaran-lingkarannya sendiri
berturut-turut dari luar ke dalam digambarkan daun-daun kelopak, daun-daun
tajuk, benang sari, dan yang terakhir penampang melintang bakal buah.
Dalam menggambar bagian-bagian bunganya
sendiri yang harus diperhatikan ialah:
a. Berapa
jumlah masing-masing bagian bunga tadi.
b. Bagaimana
susunannya terhadap sesamanya (misalnya daun kelopak yang satu dengan yang
lain), bebas satu sama yang lain, bersentuhan tepinya, berlekatan atau lain
lagi.
c. Bagaimana
susunannya terhadap bagian-bagian bunga yang lain (daun-daun kelopak terhadap
tajuk bunga, benang sari dan daun-daun buah penyusun putiknya) berhadapan atau
berseling, bebas atau berlekatan dan seterusnya).
d. Bagaimana
letak bagian-bagian bunga itu terhadap bidang median.
Ternyata, bahwa
seringkali bidang median itu membagi bunga dalam dua bagian yang setangkup
(simetrik).
Bagi
bunga yang letaknya pada ujung batang/cabang, tidak dikenal bidang mediannya
disebelah atas lingkaran yang terluar tidak pula digambar penampang melintang
batang (karena pada bunga yang demikian batang itu akan bersambung dengan
tangkai bunga) tetapi pada sebelah bawah biasanya masih ditambahkan gambar
penampang melintang daun pelindung (jika ada).
Jadi
dengan demikian, pada suatu diagram bunga tidak hanya ketahui hal-hal yang menyangkut bagian-bagian
bunganya saja, tetapi juga dapat diketahui mengenai letaknya pada tumbuhan.
Pada gambar berikut diberikan contoh diagram bunga yang diketiak daun dan yang
terdapat pada ujung batang/cabang.
Telah
dikemukakan pula, bahwa dalam pembuatan diagram bunga selain keempat bagian
bunga yang pokok: kelopak, tajuk, benang sari, dan putik dapat pula digambar
bagian-bagian lain, jika memang ada dan dipandang perlu untuk dikemukakan.
Bagian-bagian lain pada bunga yang sering kali dapat menjadi ciri yang khas
untuk golongan tumbuhan tertentu dan sewajarnya pula jika dinyatakan pada
diagram bunga, antara lain:
a. Kelopak
tambahan (epicalix), umumnya terdapat pada tumbuhan sukuMalvaceae.
Misalnya kapas (Gossypium sp.), kembang sepatu (Hibiscus rosa
sinensis L.). dan lain-lain.
b. Mahkota
(tajuk) tambahan (corona), yang biasa terdapat pada sukunAsciepiadaceae, misalnya
biduri (Calotropis gigantea Dryand.)
Dikemukakan
pula dalam membicarakan perihal bagian-bagian bunga bahwa ada bagian-bagian
bunga yang mengalami metamorfosis atau tereduksi atau lenyap sama sekali.
Pertalian dengan soal ini dalam menyusun diagram bunga kita dapat berpendirian:
1. Hanya
menggambarkan bagian-bagian bunga menurut apa adanya.
2. Membuat
bagian bunga yang gtidak hanya memuat bagian-bagian yang benar-banar ada,
tetapi juga menggambarkan bagian-bagian yang sudah tidak ada (tereduksi).
Dengan
demikian, kita dapat membedakan dua macam diagram bunga:
a. Diagram
bunga empirik, yaitu diagram bunga yang hanya memuat bagian-bagian bunga yang
benar-benar ada, jadi menggambarkan keadaan bunga yang sesungguhnya. Oleh sebab
itu, diagram ini juga dinamakan digram sungguh (yang sebenarnya).
b. Diagram
teoritik, yaitu digram bunga yang selain menggambarkan bagian-bagian bunga yang
sesungguhnya juga memuat bagian-bagian yang sudah tidak ada lagi. Tetapi
menurut teori seharusnya ada.
Bagian-bagian
yang hanya menurut teori saja seharusnya ada, tidak digambarkan seperti
bagian-bagian yang benar-benar ada, melainkan dengan lambang lain. Biasanya
bintang atau silang kecil. Kebanyakan hal ini hanya mengenai benang-benang sari
saja yang keadaan sesungguhnya pada bunga seringkali tidak cocok dengan teori.