Powered By Blogger

Jumat, 31 Mei 2013

Rumus Bunga







Rumus bunga, diagram dan bagan

RUMUS BUNGA
          Yaitu susunan yang dinyatakan dengan sebuah rumus yang terdiri dari lambing-lambang huruf dan angka.
a.       Lambang yang dipakai memberitahukan sifat bunga mengenai simetris dan jenis kelamin bunga.
Actinomorphous : * ; zygomorphous :     , berkelamin jantan : :
Berkelamin betina : ; banci :

b.      Huruf yang dipakai untuk singkatan nama bagian-bagian bunga :
Kelopak           : K (singkatan dari kaliks)
Tajuk               : C ( singkatan dari Corola)
Benang sari     : A (singkatan dari Abdsoecium)
Tenda              : P ( singkatan dari Perigonium)

c.      Angka-angka diletakkan dibelakang huruf menunjukkan jumlah masing-masing bagian, umpamanya : kaliks mempunyai 3 sepal : K3

d.      Cara untukmenyatakankeadaan lain-lain seperticontoh ;
Corolla 6 dalam 2 lingkaran : C3 + 3
Stamen berlekatan pada corola :[C5, A(…)]
Duduk bakal buah menumpang : G (3), kalau terbenam G (3)
Daun kelopak berbentuk tabung : K (5)
Contoh : K (5) [C 3+3, A6] G (3)


Kecuali dengan diagram, susunan bunga pula dinyatakan dengan sebuah rumus, yang terdiri atas lambang-lambang, huruf-huruf dan angka-angka, yang semua itu dapat memberikan gambaran mengenai berbagai sifat bunga beserta bagian-bagiannya .
            Lambang-lambang yang dipakai dalam rumus bunga memberitahukan sifat bunga yang bertalian dengan simetrisnya atau jenis kelaminnya, huruf-huruf merupakan singkatan nama bagian-bagian bunga, sedangkan angka-angka menunjukkan jumlah masing-masing bunga. Disamping itu malah terdapat lambang-lambang ’lain lagi yang memperlihatkan hubungan bagian-bagian bunga satu sama lain.
Oleh suatu rumus bungan hanya dapat ditunjukkan hal-hal mengenal 4 bagian pokok bunga sebagai berkut:
1.kelopak, yang dinyatakan dengan huruf K singkatan kata kalis (colyx), yang merupakan     istilah ilmiah kelopak.
2.      tajuk atau mahkota, yang dinyatakan dengan huruf C singkatan corolla (istilah ilmiah untuk mahkota bunga),
3.      benang-benang sari, yang dinyatakan dengan huruf A, singkatan kata androecium (istilah ilmiah untuk alat-alat jantan pada bunga)
4.      putik, yang dinyatakan dengan huruf G, singkatan kata gynaecium (istilah ilmiah untuk alat betina pada bunga).

Jika kelopak dan mahkota sama, baik bentuk maupun warnanya, kita lalu mempergunakan huruf lain untuk menyatakan bagian tersebut, yaitu huruf P, singkatan kata perigenium (tenda bunga).
Di belakang huruf-huruf tadi lalu ditaruhkan angka-angka yang menunjukkan jumlah masing-masing bagian tadi, dan diantara dua bagian bunga yang digambarkan dengan huruf dan angka itu ditaruh koma.

Jika bunga misalnya mempunyai lima daun kelopak. Lima daun mahkota, 10 benang sari dan putik yang terjadi dari selain daun buah,
Maka  rumusnya adalah:
K5, C5, A10, G1 (bunga merak: Caesalpinia Pulcherrima swartz)

contoh lain, yaitu bunga yang mempunyai tenda bunga, misalnya lilia gereja (lilium longiflorum Thumb). Yang mempunyai 6 daun tenda bunga. 6 benang sari dan sebuah putik yang terjadi dari 3 daun buah, maka rumusnya adalah
P6, A6, G3
Di depan rumus edaknya berikan tanda yang menunjukkan simetri bunga. Biasanya hanya diberikan dua macam tanda simetri yaitu:  umtuk bunga yang bersimetri banyak (actinomorphus) dan tanda    untuk buang yang bersimetri satu (zygomorphus). Jadi dalam hal rumus bunga merak, yang bersifat zigomorf, rumusnya menjadi:
    K5, A5, A10. G1                  
Sedang lilia gereja yang bersifat aktinomorf rumusnya menjadi:
·   P 6. A 6. G 3.
Selain lambang yang menunjukkan simetri pada rumus bunga dapat pula ditambahkan lambang yang menunjukkan jenis kelamin bunga. Untuk bunga yang banci (hermaphroditus) di pakai lambang: q. Untuk bunga jantan dipakai lambang: x. Untuk bunga betina dipakai lambang: y lambang jenis kelamin ditempatkan didepan lambang simetri. Jika kedua jenis tersebut dilengkapi dengan lambang jenis kelaminnya. Maka rumusnya menjadi:
q   K 5, C 5, A 10, G 1 dan
 q * P 6, A 6, G 3.

Suatu bagian bunga dapat tersusun dalam lebih daripada satu lingkaran. Bunga-bunga yang dipakai contoh di atas misalnya masing-masing mempunyai bagian-bagiannya yang tersusun dalam 5 lingkaran. Bunga merak misalnya mempunyai 2 lingkaran benang sari, dengan 5 benang sari dalam tiap lingkaran. Sedang bunga lilia gereja mempunyai 2 lingkaran daun tenda bunga dan 2 lingkaran benang sari, tiap lingkaran berbilang 3. dalam hal yang demikian di belakang huruf yang menunjukkan bagian dalam yang tersusun dalam lebih daripada satu lingkaran tadi arus ditaruh 2 kali angka yang menunjukkan jumlah bagian di dalam tiap lingkaran dengan tanda + ( tanda tambah) di antara kedua angka tadi. Contoh kedua rumus di atas harus ubah menjadi:
q   K 5, C 5, A 5 + 5, G 1 dan
q * P 3 + 3, A 3 + 3, G 3.

Jika bagian-bagian bunga yang tersusun dalam masing-masing lingkaran itu berlekatan satu sama lain, maka yang menunjukkan jumlah bagian yang bersangkutan ditaruh dalam kurang. Pada contoh di atas tadi, maka rumusnya harus kita ubah menjadi:
q    K (5), C 5, A 5 + 5, G 1
q * (3+3), A 3 + 3, G (3)

dalam keadaan yang demikian yang di tempat dalam kurung adalah kedua huruf beserta angkanya yang menunjukkan kadua macam bagian bunga yang berlekatan tadi. Pada contoh ini (bunga waru), benang-benang sarinya sendiri berlekatan pula satu sama lain, oleh sebab itu angka yang menunjukkan jumlah benang sari yang ditaruh dalam tanda kurung, sedang tanda-tanda yang menunjukkan mahkota dan benang-benang sari lalu ditaruh dalam kurang besar. Untuk menjelaskan bunga waru tadi adalah sebagai berikut:
q * K (5).[C 5, A (~)], G (5).




Dengan demikian, jika kedua contoh bunga di atas harus membuat rumus bunga yang lengkap, rumus tadi akan menjadi seperti berikut:
q   K (5), C 5, A 5 + 5, G 1
q * P (3 + 3), A 3 + 3, G (3)

Meningkat, bahwa urutan-urutan bagian bunga sifatnya tetap, maka dapat menyusun suatu rumus bunga, huruf-huruf yang merupakan singkatan nama bunga  bagian tadi sering ditiadakan. Juga lambang jenis kelamin sering kali ditiadakan, karena jenis kelaminnya itu dapat terlihat pula dari   rumus  ialah: jika ada benang sari maupun putik berarti bunga itu bersifat banci, tetapi jika  dia  di belakang A kita dapat angka nol berarti bunganya betina, sebaliknya dalam rumus tertera G 0, berarti bunganya adalah bunga jantan. Dengan ini rumus bunga merak misalnya, dapat kita sederhanakan menjadi:
  (5), 5,5 + 5,1

Jika  membandingkan diagram dengan rumus bunga pada diagrram lebih banyak tercantum keterangan-keterangan mengenai susunan bagian-bagian bunga, hanya tak dapat diketahui pada diagram bunga bagaimana letaknya bakal buah, menumpah, tenggelam, ataukah setengah tenggelam.

Di bawah ini diberikan berbagai contoh diagram beserta rumus bunga  berbagai jenis tumbuhan yang tergolong dalam beberapa suku tumbuhan yang lazim sudah dikenal.
1.      Suku Musa paradisiaca ( Pisang )
y K 3, C 3, A (6), G 0
x K 3, C 3, A 0, G (3)
2.      Suku Pinus mercusii ( Pinus )
q   K 1 + (2), C 2 + 0, A 3, G 1
3.      Suku Bambusa vulgaris ( Bambu )
q K 3, C 3, A 5, G (3)
4.      Suku Piper caducibratceum ( Piper )
q    P3 + 3, A1 + 0, G (3)
q P3 + 3, A0 + 2,G (3)
5.      Suku Artocarpus integra  ( Nangka )
q * P3 + 3, A3 + 3, G (3)

6.      Suku Averrhoa  bilimbi L. ( Belimbing )
q    K (5), C5 A1 + (9), G 1
7.      Suku Mangifera  indica L. ( Mangga )
q * K (5), [ C 5 A (~) ], G (5)
8.      Suku Cocos nucifera ( Kelapa )
q * K (5), C 5, A (~). G (5)
9.      Suku Arenga pinnata ( Aren )
Q  K (5) C, (5), A 5, G (2)
10.  Suku Pandanus tectorius Park. ( Pandan )
q * K 5 C 5 A 5 G (5)


Dalam mendeskripsikan bunga, disamping secara verbal (dengan kata-kata) dapat ditambahkan gambar-gambar, agar pembaca dapat memperoleh kesan yang lebih mendalam tentang keadaan bunga. Salah satu gambar yang melukiskan keadaan bunga dan bagian-bagiannya adalah diagram bunga.

Yang dinamakan diagram bunga ialah suatu gambar proyeksi pada bidang datar dari semua bagian bunga yang dipotong melintang, jadi pada diagram itu di gambarkan penampang-penampang melintang daun-daun kelopak, tajuk bunga, benang sari, dan putik, juga bagian-bagian lainnya jika masih ada, disamping keempat bagian pokok tersebut, perlu diperhatikan bahwa lazimnya dari daun-daun kelopak dan tajuk bunga digambar penampang melintang bagian tengah-tengahnya, sedang dari benang sari digambarkan penampang kepala sari, dan dari putik penampang melintang bakal buahnya. Dari diagram bunga tersebut selanjutnya dapat diketahui pula jumlah masing-masing bagian bunga tadi dan bagimana letak dan susunannya antara yang satu dengan yang lain. Selain itu perlu diingat pula bahwa diagram bunga sedikit banyak merupakan suatu gambar yang bersifat skematik.
Dalam membicarakan tentang bunga dan bagian-bagiannya, telah diterangkan, bahwa bagian-bagian bunga duduk diatas dasar bunga, masing-masing teratur dalam satu lingkaran atau lebih. Dalam diagram bunga, masing-masaing bagian harus digambarkan sedemikian rupa, sehingga tidak mungkin dua bagian bunga yang berlainan digambarkan dengan gambar yang sama. Mengingat, bahwa yang digambar pada diagram itu penampang-penampang melintang masing-masing bagian bunga yang telah dijelaskan diatas.





Cara membuat suatu diagram bunga:
1.       Letak bunga pada tumbuhan. Dalam hubungannya dengan perencanaan suatu diagram, kita hanya membedakan dua macam letak bunga:
a.       Bunga pada ujung batang atau cabang (flos terminalis)
b.      Bunga yang terdapat dalam ketiak daun (flos axillaris)
2.       Bagian-bagian bunga yang akan dibuat tersusun atas beberapa lingkaran.

Jika dari bunga yang hendak kita buat diagramnya telah kita tentukan kedua hal tersebut, kita mulai dengan membuat sejumlah lingkaran yang konsentris, sesuai dengan jumlah lingkaran tempat duduk bagian-bagian bunganya.
Kemudian melalui titik pusat lingkaran-lingakran yang konsentris itu kita buat garis tegak lurus (vertikal). Untuk bunga di ketiak daun, garis itu menggambarkan bidang yang dapat dibuat melalui sumbu bunga, sumbu batang yang mendukung bunga itu, dan tengah-tengah (poros bujur) daun, yang dari ketiaknya muncul bunga tadi. Bidang ini disebut bidang median. Pada garis yang menggambarkan bidang median itu disebelah atas lingkaran yang terluar digambarkan secara skematik penampang melintang batang (digambarkan sebagai lingkaran kecil) dan disebelah bawahnya gambar skematik daun pelindungnya. Pada lingkaran-lingkarannya sendiri berturut-turut dari luar ke dalam digambarkan daun-daun kelopak, daun-daun tajuk, benang sari, dan yang terakhir penampang melintang bakal buah.

 Dalam menggambar bagian-bagian bunganya sendiri yang harus diperhatikan ialah:
a.       Berapa jumlah masing-masing bagian bunga tadi.
b.      Bagaimana susunannya terhadap sesamanya (misalnya daun kelopak yang satu dengan yang lain), bebas satu sama yang lain, bersentuhan tepinya, berlekatan atau lain lagi.
c.       Bagaimana susunannya terhadap bagian-bagian bunga yang lain (daun-daun kelopak terhadap tajuk bunga, benang sari dan daun-daun buah penyusun putiknya) berhadapan atau berseling, bebas atau berlekatan dan seterusnya).
d.      Bagaimana letak bagian-bagian bunga itu terhadap bidang median.
Ternyata, bahwa seringkali bidang median itu membagi bunga dalam dua bagian yang setangkup (simetrik).




                Bagi bunga yang letaknya pada ujung batang/cabang, tidak dikenal bidang mediannya disebelah atas lingkaran yang terluar tidak pula digambar penampang melintang batang (karena pada bunga yang demikian batang itu akan bersambung dengan tangkai bunga) tetapi pada sebelah bawah biasanya masih ditambahkan gambar penampang melintang daun pelindung (jika ada).
                Jadi dengan demikian, pada suatu diagram bunga tidak hanya  ketahui hal-hal yang menyangkut bagian-bagian bunganya saja, tetapi juga dapat diketahui mengenai letaknya pada tumbuhan. Pada gambar berikut diberikan contoh diagram bunga yang diketiak daun dan yang terdapat pada ujung batang/cabang.
                Telah dikemukakan pula, bahwa dalam pembuatan diagram bunga selain keempat bagian bunga yang pokok: kelopak, tajuk, benang sari, dan putik dapat pula digambar bagian-bagian lain, jika memang ada dan dipandang perlu untuk dikemukakan. Bagian-bagian lain pada bunga yang sering kali dapat menjadi ciri yang khas untuk golongan tumbuhan tertentu dan sewajarnya pula jika dinyatakan pada diagram bunga, antara lain:
a.       Kelopak tambahan (epicalix), umumnya terdapat pada tumbuhan sukuMalvaceae. Misalnya kapas (Gossypium sp.), kembang sepatu (Hibiscus rosa sinensis L.). dan lain-lain.
b.      Mahkota (tajuk) tambahan (corona), yang biasa terdapat pada sukunAsciepiadaceae, misalnya biduri (Calotropis gigantea Dryand.)

                Dikemukakan pula dalam membicarakan perihal bagian-bagian bunga bahwa ada bagian-bagian bunga yang mengalami metamorfosis atau tereduksi atau lenyap sama sekali. Pertalian dengan soal ini dalam menyusun diagram bunga kita dapat berpendirian:
1.       Hanya menggambarkan bagian-bagian bunga menurut apa adanya.
2.       Membuat bagian bunga yang gtidak hanya memuat bagian-bagian yang benar-banar ada, tetapi juga menggambarkan bagian-bagian yang sudah tidak ada (tereduksi).

                Dengan demikian, kita dapat membedakan dua macam diagram bunga:
a.       Diagram bunga empirik, yaitu diagram bunga yang hanya memuat bagian-bagian bunga yang benar-benar ada, jadi menggambarkan keadaan bunga yang sesungguhnya. Oleh sebab itu, diagram ini juga dinamakan digram sungguh (yang sebenarnya).
b.      Diagram teoritik, yaitu digram bunga yang selain menggambarkan bagian-bagian bunga yang sesungguhnya juga memuat bagian-bagian yang sudah tidak ada lagi. Tetapi menurut teori seharusnya ada.
                Bagian-bagian yang hanya menurut teori saja seharusnya ada, tidak digambarkan seperti bagian-bagian yang benar-benar ada, melainkan dengan lambang lain. Biasanya bintang atau silang kecil. Kebanyakan hal ini hanya mengenai benang-benang sari saja yang keadaan sesungguhnya pada bunga seringkali tidak cocok dengan teori.

Tidak ada komentar: